Risalah Hati Bab 4: Kejadian

Risalah Hati Bab 4: Kejadian

KEJADIAN

Kiana dan Iis kembali ke dalam kelas selesai makan. Ketika mereka ingin masuk kelas, meja dan kursi berantakan ternyata Gea dan Indri berantem hebat. Iis menutup kembali pintu kelas, Kiana mencoba memisahkan mereka berdua.

“Lu nggak usah ikut-ikutan deh!” Gea mendorong kuat Kiana dan masih ingin menjambak rambut Indri.

“Minggir lu!” Kiana tetap melindungi Indri dibelakangnya.

Plakkkk! Tamparan keras mendarat dipipi Kiana. Wajahnya seketika memerah dan jiplakan jari tangan Gea terbentuk jelas diwajah putihnya.

Melihat kejadian itu, suasana kelas yang tadi ribut menjadi diam sejenak. Kiana mengelus pipi kanannnya, Indri merasa bersalah pada Kiana.

“Kia, lu nggak apa-apakan?” Indri melihat wajah kiana.

“Itu akibatnya kalau ikut campur urusan orang!” bukannya merasa bersalah, Gea berteriak pada Kiana. Tiba-tiba pintu kelas terbuka.

“Apaan ini! kalian bertiga kekantor!” bu Hanin yang membuka pintu syok melihat kelas seperti pasar dan lagi-lagi dia melihat Kiana sedang ribut dengan teman sekelasnya.

Kiana, Indri, dan Gea mengikuti bu Hanin kekantor. Saat melewati kelas Ipa tiga Kiana melirik kearah bangku Fian, untungnya Fian tidak ada dikelas.

“Syukurlah” Kiana mengucap lirih.

“Apa yang syukurlah, siapa yang ngomong gitu”

“Kiana bu!” jawab Gea

“Lu apaan sih Gea, bikin masalah saja” ketus Indri.

“Diam! kalian bisa diam tidak!” bentah bu Hanin pada mereka bertiga.

*

Sampai diruang kantor, Fian menoleh kearah Kiana. Dia menatap penuh pertanyaan dan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Kiana tertunduk malu saat ia melihat Fian ada dikantor, kami bertiga masuk keruangan kesiswaan.

“Kalian bertiga kenapa bisa ribut dikelas, siapa yang memulai duluan” tanya bu Hanin pada kami bertiga

“Gea duluan bu, dia nggak terima kalau tadi jawaban soal fisikaku saja dengan Kiana” Indri menjelaskan bagaiman perkelahian mereka berdua terjadi.

“Habisnya dia tadi itu nyontek sama aku bu, tapi tiba-tiba jawaban dia bener dan sama kayak jawaban Kiana, aku marah dong bu” Gea langsung membantah dan menjawab dengan sangat ketus.

“Tapi dia robek buku latihanku bu, dia yang salah!” Indri mendorong bahu Gea dengan kesal.

“Cuma hal sepele itu kalian ribut? lalu Kiana?” Tanya bu Hanin yang penasaran apa lagi pipinya masih memerah seperti habis kena tamparan keras.

“Kiana tadi mencoba pisahi kita bu, tapi tiba-tiba Gea menampar wajah Kiana” Indri meranggul Kiana dengan tatap merasa bersalah.

“Apa! apa itu benar Kiana?” Tanya bu Hanin pelan.

“Mungkin Gea nggak sengaja bu” kiana menjawab sambil tersenyum kearah bu Hanin

“Ya sudah kalau begitu kamu balik kekelas, dan buat kalian bedua kalian harus dihukum biar tidak dicontoh sama kelas lain dan adik kelas kalian jangan lupa Gea perbaiki sikap kasar kamu, ini sekolahan bukan tempat adu hantam!” Bu Hanin benar-benar tidak habis pikir kelakuan Ipa dua selalu saja ada setiap hari.

“Permisi bu” Kiana berpamitan kembali ke kelas saat keluar kelas Kiana melihat Fian menunggu di depan pintu kantor. Kiana melewati Fian sambil menundukkan kepalanya. “Kiana!” sapa Fian.

Kiana langsung terhenti dan menoleh ke arah sumber suara.

“Hai” Kiana menyapa balik Fian dan melanjutkan langkahnya dengan tangan yang menutupi wajah memerahnya.

“Ke UKS dulu yuk, itu bibir kamu sepertinya berdarah” Fian menyamakan langkah kakinya dengan Kiana.

“Benarkah? tamparan Gea kuat juga ternyata haha” Kiana mencoba menghibur diri sendiri padahal membuka mulut saja sakitnya sudah terasa.

Pertama kaliannya tangan Kiana dipegang oleh Fian, Sesampai di UKS Fian menyuruh Kiana untuk masuk dan dia menunggu di luar. Beberapa menit kemudian Kiana keluar ruangan dan tersenyum dengan Fian.

“Nggak usah senyum, nanti luka dibibir kamu malah melebar” goda Fian.

“Beneran!!” dengan wajah kaget Kiana membuat Fian terkekeh.

“Ya jelas bohonglah” Kami berdua menuju ke kelas sambil mengobrol.

“Ternyata lu asyik juga ya, padahal dulu kita satu kelas dulu?” Fian membuka obrolan lagi dengan wajahnya seperti penasaran.

“Iya, hehe” Kiana tersipu malu. Entah dari mana tiba-tiba Andre datang mendekati Kiana dan Fian dengan nafas yang engah-engah seperti habis lari jauh.”Kiana! Lu nggak apa-apa kan”.

“Gue baik kok” Kiana tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Andre dengan pelan dan lembut.

“Bibir? itu kenapa kok bisa?” Andre kelihatan begitu khawatir, wajah juga memerah memar.

“Yaudah gue duluan ya” Fian meninggalkan Kiana dan Andre. Kiana bahagia sekaligus kecewa dengan tindakan Andre karena membuat waktu ia dengan Fian berkurang.

“Ish lu ganggu banget sih” Gerutu Kiana dengan helaan nafas kesal.

“Hah!” Andre mengerutkan keningnya dan kebingungan dengan sikap Kiana yang tiba-tiba berubah.

Like & Share