TEMAN BARU
Kiana hanya diam dan senyum menyeringai memandang ketua kelas, akhirnya ketua kelas lari meninggalkan kami berdua dan dia menyuruh murid lain untuk mengambil sampah yang ada di dalam selokan depan kelas kami.
“Kia, lu kenal nggak sama tu cowok” Iis menunjuk kearah papan tulis yang sedang dibersihkan.
“Nggak” jawab Kiana polos.
“Dia satu sekolahan sama lu waktu SMP” sambung Iis sambil menatap sahabatnya.
“Hah, demi apa!” Kiana kaget dan mencoba mengingat-ingat cowok tersebut.
“Iya serius, namanya Andre dia murid kesayangan bu Rosa” Iis menjawab dengan antusias.
“Guru matematika maksud lu?” tanya Kiana bingung.
“Iya bu Ros, gue waktu kelas sebelas satu kelas sama dia. Andre itu orangnga baik sama ramah lho” Iis menjelaskan deskripsi cowok yang sedang kami pandang bersama.
“Terus….” jawab Kiana penasaran. “Ya nggak apa-apa, gue malahan kenal sama yang disebelahnya” sambung Kiana sambil menunjuk cowok disamping Andre.
“Ciko?” tanya Iis sambil menyilangkan tangan.
“Iya, waktu kelas sebelas gue satu kelas sama tu bocah hahaha” Kiana tertawa karena mengingat hal lucu tentang Ciko saat mereka satu kelas.
“Dia pengurus Rohis?” Iis langsung menatap wajah Kiana.
“Kalau dia Adzan merdu gitu suaranya hihi” Kiana tertawa lirih.
“Iya gue juga tahu hihi” Iis ikutan ketawa.
“Sudah bersih nih, kita duduk yok” Kiana mengajak Iis untuk membereskan ember dan lap yang kami pakai untuk membersihkan jendela. Setelan itu kami berdua langsung duduk dan beristirahat di bangku kami.
“Andreeee” teriak Iis membuat satu kelas menoleh kearah Iis sedangkan Kiana langsung menutupi wajahnya dengan buku tulis karena malu.
“Apa?” jawab Andreb dan langsung menghampir tempat duduk Iis.
“Kenalan dong sama temen gue Kiana” Iis menyenggol bahu Kiana.
“Apaan sih, udah kenal kali” cetus Kiana pada Iis
“Kiana ya?” Andre mengulurkan tangan kananya.
“Iya, udah kenal kan” Kiana senyum tipis dan menerima uluran tangan Andre.
“hehe iya udah kenal kok” Andre tersenyum.
“Nanti pas pelajaran matematika gue sama Kiana nyontek sama lu yah” sambung Iis sambil memasang wajah tanpa dosa.
“Apaan sih Is, bikin malu aja astaga….” jawab Kiana sambil memukul bahu Iis dengan buku.
“Yaelah nggak perlu malu kali Kia, santai aja hehe” jawab Andre
“Tuh dengeri kata Andre hahaa” Iis menjawab dengan bangga karena di bela oleh Andre.
“Hayo kalian lagi bahas apaan” tiba-tiba Ciko datang dan langsung duduk disamping Andre
“Kia, lu sibuk banget kayaknya” tanya Ciko pada Kiana.
“Biasalah, sok menyibukkan diri” Kiana bergaya sok cool.
“Lu kenalan dulu sama Andre” Ciko menepuk-nepuk pundak Andre “Dia ini master matematika tapi sayang dia jomblo hahaa” perkataan Ciko tepat sasaran menembus hati Andre karna kata-kata awalnya begitu manis ujung-ujungan menjatuhkan.
Mendengar ledekan Ciko kami semua tertawa, entah apa yang membuat lucu yang penting ketawa dan menikmat obrolan yang tidak jelas. Kami semua saling berkenalan dan bercanda bersama sampai bunyi bel pulang sekolah.
**
Pagi ini Kiana dengan cepat memasukkan buku kedalam tasnya dan langsung pergi keluar rumah tanpa berpamitan.
Jam sudah pukul tujuh lewat lima belas menit dan lima belas menit lagi pintu gerbang sekolah akan di tutup. Kiana gelisah menunggu angkot langgannya semoga saja dia masih sempat ikut, kalau memang sudah terlewat terpaksa dia memilih angkot lainnya asal dia sampai ke sekolah.
“Aduhh, mana tadi lupa pamitan. Sekarang angkotan pada nggak ada yang lewat” Gumamnya dalam hati sambil melirik jam tangannya.
Kiana melambaikan tangan “Kesekolah SMA Tunas Bangsa ya” dia langsung naik kedalam angkotan, penumpang angkotan banyak dari luar sekolahnya.
“Ini langsung ke SMA Tunas Bangsa kan pak” tanya Kiana pada supir angkot
“Iya setelah mengantar penumpang lainnya” jawab supir angkot sambil fokus menyetir. Kiana hanya bisa menghela nafas panjang dan dia mencoba untuk tersenyum.
“Aduh gerbang sekolah udah tutup belum yah” Kiana mencoba menenangkan dirinya untung ada beberapa murid yang satu sekolah dengan dia.
Setelah angkotan sampai didepan gerbang sekolah, Kiana langsung cepat-cepat turun dari angkot dan membayar ongkosnya.
“Harus lewat mana ini” wajah Kiana menjadi pucat seketika. Tidak lama ada angkotan datang dan semua yang turun dari angkotan tersebut murid cowok semua.
“Bukaain gerbangnya!” teriak salah satu murid dan dia mendorong gerbang tersebut
“Baru juga satu menit telatnya, buruan!”
Tidak lama, akhirnya pintu gerbang dibukai oleh satpam sekolah. Tanpa basa basi Kiana langsung berlari menuju kekelas namun langsungnya terhenti saat melihat bu Hanin berdiri di depan pintu kelas dua belah Ipa tiga.
“Mampus!” gumam Kiana sambil berlari pelan.
Dan…… “Kiana!” tegur bu Hanin.